geografi ibn atsir







Ibnu Atsīr
 adalah nama keluarga dari tiga bersaudara yang seluruhannya terkenal dalam Sastra Arab yang lahir pada Jazīrat ibnu Umar di Cizre yang sekarang terletak di barat daya Turki.

3 Bersaudara[sunting | sunting sumber]

Majd ad-Dīn[sunting | sunting sumber]

Putra tertua yang dikenal sebagai Majd ad-Dīn (1149-1210) adalah seorang yang dikenal jasanya terhadap Amir Mosul dan seorang murid yang tekun dalam tradisi dan bahasaKamus tradisi (Kitāb an-Ni/zdya) miliknya dipublikasikan di Kairo (1893) dan kamus nama keluarga (Kitāb ul-Murassa) miliknya telah disunting ulang oleh Ferdinand Seybold.[1]

Diyā' ad-Dīn[sunting | sunting sumber]

Putra termuda yang dikenal sebagai Diyā' ad-Dīn (1163-1239) adalah pengikut Saladin dari tahun 1191, juga putranya, al-Malik al-Afdal, yang kemudian terkenal di MesirSamosataAleppoMosul dan Baghdad. Dia adalah salah satu kritikus gaya penulisan dan aestetik yang sangat terkenal dalam kesuasteraan Arab. Kitab al-Matlial miliknya dipublikasikan oleh Bulaq Press pada tahun 1865 [2] yang berisi beberapa kritik pribadi terhadap sajak Arab modern dan kuno. Beberapa surat-suratnya telah dipublikasikan oleh David Samuel Margoliouth On the Royal Correspondence of Diyā' ad-Dīn al-Jazarī dalam Actes du dixieme congrès international des orientalistes,[3].

Ali bin al-Atsir[sunting | sunting sumber]

Putra yang paling terkenal adalah Ali bin al-Atsir (13 Mei 1160 - 1233), yang aktif terhadap pendidikan mengenai tradisi dan sejarah Islami. Pada usia 21 tahun, dia settled dengan ayahnya di Mosul dan melanjutkan pendidikan disana. In the service of the amir untuk beberapa tahun, di mengunjungi Baghdad dan Yerusalem dan kemudian Aleppo dan Damaskus. Dia meninggal di Mosul. Sejarah dunia miliknya, al-Kāmil fi t-tarīkh, meluas hingga tahun 1231. Buku ini telah disunting oleh Carl TornbergIbn al-Athīr Chronicon quod perfectissinum inscribitur.[4] Bagian pertama karyanya sampai tahun 310 M [5] merupakan rangkasan karyao Tabarī dengan tambahan-tambahan besar. Ibnu Athīr juga menulis sejarah Atabeg Mosul at-Tarīkh al-atabakīya, yang diterbitkan dalam Recueil des historiens des croisades;[6] karya (Usd al-Ghdba) yang mendapatkan tanggung jawab dari 7500 pengikut nabi Muhammad SAW,[7] dan ringkasan (the Lubāb) Kitab Samani.[8]


KELAHIRAN

Al-Mubarak bin Muhammad bin Muhammad bin Abdul Karim bin Abdul Wahid as-Saibani al-Jazari atau yang lebih dikenal dengan Imam Ibnu Atsir lahir pada tahun 544 H dan Ibnu Tagri menyatakan 540 H di Jazirah Ibn Amr, sebuah wilayah yang sekarang  menjadi bagian dari Turki di perbatasan antara Turki dan Iraq.

WAFAT

Imam Ibnu Atsir wafat pada tahun 606 H dalam usia 62 tahun.

PENDIDIKAN

Sejak kecil, Imam Ibnu Atsir sudah aktif dalam dunia ilmu dengan penuh semangat. Ini sesuai dengan pengakuan beliau dalam mukadimah kitab jami’ul Ushul Fii Ahaditsir Rasul:

“Sejak memasuki masa remaja dan dalam usia belia, aku sangat tertarik untuk thalabul ilmi (belajar ilmu agama), duduk bersama ulama dan berupaya sebisa mungkin untuk menyerupai mereka (para Ulama). Itu adalah kenikmatan dan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadaku lantaran menjadikan hal-hal tersebut sanggup mengambil hatiku. Maka, aku mengerahkan seluruh daya untuk memperoleh berbagai macam ilmu yang dapat aku raih dengan taufik Allah Subhanahu wa Ta’ala  sehingga terbentuk pada diriku kemampuan menguasai sisi-sisi yang tersembunyi dan mengetahui segi-segi yang sulit. Tidak kusisakan upayaku sedikit pun (untuk urusan itu). Allah-lah yang memberiku taufik untuk dapat mencari ilmu dengan baik dan meraih tujuan mulia.”

Dalam sejarah kehidupan yang harus dilalui, diceritakan bahwa beliau mengidap suatu penyakit yang akhirnya melumpuhkan fungsi anggota geraknya, dua tangan dan kakinya. Dampaknya, beliau pun tidak bisa lagi menulis sendiri. Untuk aktifitas yang memerlukan gerak banyak, beliau harus ditandu. Karena itu, beliau lebih sering berada di dalam rumahnya.

Kendatipun mengalami hidup dalam keterbatasan secara fisik, hal itu tidak mengahalangi beliau untuk mewariskan ilmi-ilmiu bagi umat. Bahkan ternyata, kitab-kitab karangan beliau, kebanyakan tersusun saat beliau tak berdaya menghadapi penyakit yang dideritanya. Sehingga ada sebagian muridnya yang membantunya dalam menulis.

GURU-GURU

Ibnu Atsir banyak berguru kepada banyak ulama yang tersebar di berbagai negeri. Diantaranya Abdul Wahab bin Hibatullah bin Abi Habbat al-Baghdadi, wafat tahun 554 H. Gurunya inilah yang membacakan shohih Muslim dengan maushul. Selanjutnya Abi Bakkar Yahya da’dun al-Maghribi al-Qurthubi, Nasihuddin Abi Muhammad said bin Mubarok bin Dahan al-Baghdadi, AbiFadhil Abdullah bin Ahmad at-Tusi, Abdul Munim bin Abdul Wahab al-Harani,Abi Hazam Maki bin Rayyan al-Maksini Dhorir dan Abdul Wahab bin Sukainah.

MURID-MURID

Ibnu Atsir memiliki murid-murid yang banyak. Diantaranya yang terkenal adalah Abul Hassan Ali Bin Youssef Al-Qifthy, yang meninggal pada 646 H, Shehab Qusi Ismail bin Hamed, yang meninggal pada 653 H, Taj al-Din Abdul Mohsen bin Mohammed Sheikh Albajrbaka.

PENDAPAT PARA ULAMA KEPADA IBNU ATSIR

Sejarawan mengatakan Ibnu Atsir memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi, pikiran ketakwaan serta amal yang bagus. Dia menggabungkan penguasaan Bahasa Arab, Ilmu Quran, Hadits dan Fiqih, selain itu dia juga seorang penyair.

KARYA-KARYA

Kitab Karya Ibnu Atsir banyak dikaji di Indonesia salah satunya kitab An -Nihayah fi Gharibil Hadits wal Atsar, yaitu suatu kitab besar 7 jilid, di mana di dalmnya diterangkan hadits-hadits yang sulit artinya. Kitab ini sangat berfaedah bagi ahli-ahli hadits, kerana dapat di gunakan untuk memahami lafadz-lafadz hadits yang sulit.sehingga menjadi mudah untuk di fahami. Kitab ini sendiri  disusun secara terstruktur sehingga memudahkan pembaca di dalam mencari lafadz-lafadz yang di anggap Gharib.

Dibandingkan dengan kitab-kitab gharibul hadits yang lain kitabnya ibnu atsir ini merupakan kitab yang terbaik. Karena kitab-kitab yang lain belum tersusun secara alphabet sehingga menjadikan sulit didalam pencarian kata perkata.

Imam As-Suyuthi berkomentar, “Kitabnya (Ibnu Atsir)  adalah kitab terbaik dalam bahasan gharibul hadits, paling lengkap dan paling terkenal, serta paling sering dipakai. Dalam artian kitab ini merupakan kitab rujukan utama dalam hal Gharibul hadits.

Dan masih banyak lagi karangan beliau yang mendunia diantaranya yaitu :

  1. Jamiul Usul fi Ahaditsir Rasul (Syarah hadits)
  2. Asy-Syafi’i, Syarah Musnad Syafi’i
  3. Al-Mukhtar fi Manaqibil Akhyar
  4. Al-Badi’i (Nahu)
  5. An-Insaf (Tafsir) OK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar